Pembelajaran organisasi (organizational learning) menginduksi pengetahuan melalui proses belajar secara terus-menerus yang menciptakan efikasi diri dan mendorong fleksibilitas pada kesiapan untuk berubah (readiness to change). Organizational learning mampu memfokuskan pada pemahaman dan cara baru organisasi dalam pemecahan masalah. Organisasi yang tidak mengimplementasikan organizational learning, akan kalah dalam persaingan pasar karena kegagalan dalam menangkap pengetahuan untuk di konversi menjadi inovasi baik dalam metode, proses, maupun produk. Saat ini memasuki era digital, di mana teknologi terutama sosial media menjadi sumber daya strategis dalam akselerasi inovasi yang tertanam dalam budaya organisasi sebagai faktor kunci kesuksesan. Penelitian ini adalah menawarkan konsep organizational learning dan budaya inovasi (innovative culture) untuk mendorong peran media sosial untuk kerja (social media use to work) terhadap readiness to change yang diterapkan pada industri fesyen. Sampel penelitian ini adalah 155 pemilik atau manajer UKM di Jawa Tengah. Penelitian ini mengacu pada level organisasi yang memposisikan individu responden sebagai perwakilan atas keseluruhan organisasi. Pendekatan penelitian ini adalah studi kualitatif dengan instrument analisis Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian ini berhasil menjembatani gap penelitian social media use to work terhadap readiness to change secara parsial melalui organizational learning (β=-0.42, p: 0.37 >0.05) dan innovative culture (β=0.36, p:0.29>0.05). Temuan penelitian ini secara empiris membuktikan bahwa social media use to work dioptimalkan dengan peran organizational learning dan menempatkan innovative culture sehingga organisasi mencapai readiness to change pada industri fesyen.