Penurunan tanah pada gedung kemungkinan disebabkan konsolidasi tanah dasar bangunan. Khususnya tanah lempung yang memiliki kembang susut tinggi. Pada studi kasus penurunan tanah dasar gedung STIKES Telogorejo yang kami teliti, ada beberapa kesulitan dalam proses investigasi karena pondasi dan tanah yang notabene-nya berada di dasar gedung serta data riwayat gedung yang kurang lengkap. Penelitian ini bertujuan menganalisa penyebab differential settlement dengan menghitung beban terbesar pondasi, dan penurunan tanah dengan pendekatan konsolidasi tanah dan memberikan solusi perbaikan lantai dasar yang bergelombang untuk mempertahankan estetika gedung.. Metode yang peneliti gunakan adalah observasi lapangan dan analisis data kuantitatif. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa gedung STIKES Telogorejo Semarang mengalami kemiringan sebesar 0.170°, masih dalam kategori ringan. Pada penurunan lantai Ruang Perpustakaan, sebesar 0.127 m, pada Ruang Dosen sebesar 0.0953 m. Dari analisa perhitungan konsolidasi tanah dasar akibat beban pada Ruang Perpustakaan (0.4 ton/ m2) didapatkan Sc (normal consolidation) total sebesar 1.444 m dan Ruang Dosen (0.25 ton/ m2) Sc total sebesar 1.404 m (derajat konsolidasi mendekati 100%). Berdasarkan teori, pada tahun 2018 terjadi konsolidasi sebesar 14.783 % (Terzhagi, 1925). Besar penurunan lantai berdasarkan teori, Ruang Perpustakaan 0.213 m > pengukuran lapangan 0.127 m dan Ruang Dosen 0.207 m > pengukuran lapangan 0.095 m. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi konsolidasi pada tanah dasar STIKES Telogorejo. Dan dari hasil analisa perhitungan struktur beban aksial terbesar pada kolom K1A di as B-6 sebesar 1813.166 kN, terbukti bahwa pondasi yang mendukung (P-6) tidak mampu menahan beban yang ada, sehingga perlu review desain pondasi. Dan, perlu perbaikan tanah dasar untuk menghambat penurunan, metode yang mungkin bisa dilakukan dengan injeksi grouting.