Trafo tegangan menjadi salah satu komponen vital yang juga perlu dilaksanakan pemantauan dan pengukuran secara berkala. Pengukuran suhu kerja menggunakan alat bantu thermogun pada trafo tegangan menjadi salah satu langkah menjaga keandalan proses transmisi energi listrik. Melalui upaya tersebut, performa dari trafo tegangan dapat dipantau dari suhu kerja yang terlihat pada citra thermogun. Hal ini menjadi penting karena apabila terdapat anomali hotspot maka dimungkinkan terdapat indikasi gangguan performa kerja dari trafo tegangan tersebut yang berpotensi mengganggu pemantauan indikator, alat ukur/metering, dan bahkan berpotensi berdampak pada sistem proteksi. Pada laporan Inpeksi Level 2 hasil pemantauan thermovisi MTU, terdapat temuan suhu CVT fasa T pada Bay Jelok 1 sebesar 52.2 °C dan pada fasa lainnya terukur 26 °C . Berdasarkan temuan tersebut, dilaksanakan investigasi anomali hotspot CVT dengan tujuan mengukur nilai tangen delta dan kapasitansi. Dari nilai pengukuran tersebut, kelayakan operasi dari CVT dapat di definisikan dengan membandingkan dengan pedoman yang berlaku. Hasil dari pelaksanaan investigasi, dinyatakan bahwa CVT fasa T Bay Jelok 1 dengan hasil uji tangen delta terukur 2,35% berstatus tidak memenuhi standar kelayakan operasi sedangkan nilai kapasitansi CVT terukur 4234,87 pF dari nilai rating kapasitansi trafo tegangan yaitu 4400 pF masih dalam rentang standar buku pedoman trafo tegangan. Berdasarkan hal tersebut, maka ditindak lanjuti oleh ULTG Salatiga dengan melaksanakan proses penggantian CVT pada Fasa T Bay Jelok 1 yang terealisasi bersamaan dengan Pemeliharaan 2 Tahunan Bay Jelok 1. Setelah dilaksanakan penggantian, nilai uji tangen delta terukur 0,34% dan berdasarkan pelaksanaan inspeksi level 2 trafo tegangan CVT setelah dilaksanakan penggantian nilai ΔT dalam rentang 0°C - 1°C antar fasanya dan tidak lagi ditemukan adanya indikasi anomali hotspot.