Kepadatan penduduk memberikan tekanan pada ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan dan area industri yang mengubah lahan terbuka dan lahan basah menjadi lahan terbangun. Pesatnya pembangunan daerah yang dibangun tidak terkendali dan tidak sesuai dengan konsep perencanaan tata ruang dan pembangunan berkelanjutan, yang mengakibatkan daerah dataran rendah yang awalnya berfungsi sebaga kolam penampungan dan tepi sungai berubah menjadi daerah perumahan. Hal tersebut berdampak pada rendahnya kapasitas drainase perkotaan dan infrastruktur pengendalian banjir (sungai,gorong – gorong dan lain-lain). Masalah ini memerlukan perbaikan manajemen termasuk bagaimana merencanakan sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan. Permasalahan drainase dapat dikontrol dengan Model IPO. Model tersebut memiliki prinsip Input-Process-Output. Input merupakan analisis hidrologi, meliputi pengolahan data curah hujan, DAS (Daerah Aliran Sungai) dan tata guna lahan, Process terdiri dari analisa hidrolika dan Output merupakan hasil dari proses berupa debit dan tinggi muka air drainase. Dengan hasil output, dapat dibandingkan antara debit maksimum dengan debit saluran, sehingga diketahui kinerja drainase tersebut dengan menggunakan tinggi muka air dibandingkan dengan tinggi drainase. Model ini dinamakan IPO Drain yang dibuat dengan bantuan Microsoft Excel yang mempermudah dalam mengontrol kinerja drainase dan menambahkan perhitungan gorong-gorong. Dalam pembuatan model ini, diambil contoh salah satu sub-sub sistem drainase yang bermasalah di wilayah Perkotaan Kartasura.